Rabu, 20 Februari 2013

Kembang Gula

Episode #7


           Masih dalam selimut tebalnya, Kembang memejamkan mata, setelah mengingat semua tentang Bhima dia kembali beranjak ke jendela kamarnya. Gerimis rupanya belum juga reda, awan masih putih menandakan hujan akan semakin awet hingga nanti siang.
            Melalui jendela kamarnya Kembang melihat sudah tidak ada Bhima di jalanan, ibunya juga nampak sudah masuk ke dalam rumah.
            “Kembang, kamu tidak bangun, Nak?” terdengar suara ibunya memanggil di balik pintu kamar.
            Kembang hanya menggeliat, dia menoleh ke arah jam beker berbentuk wajah doraemon pemberian Bhima malam itu ketika kesepakatan untuk tidak saling bertemu hingga Kembang menyelesaikan ujian seleksinya. Jam itu menunjuk angka 10 tepat.
            “Ayo cepat bangun, semua sudah sarapan loh, kamu tidak mau sarapan?” panggil ibunya lagi.
            Kembang mulai beranjak dari tempat tidurnya ke kamar mandi. Setelah itu dia merapikan kamar tidur dan turun. Di meja makan sudah tidak ada orang, hanya terdapat makanan dan lauk yang disisakan untuknya, rupanya semua sudah sarapan kecuali dirinya.
            “Cepat sarapan, sudah siang ini nanti kamu sakit perut!” Yasmin yang sedang menonton TV menegurnya.
            Ada nasi goreng, telor mata sapi, dan segelas susu yang sudah tersaji di meja makan. Dia mulai menyendok nasi goreng ke dalam piringnya. Kembang sarapan pagi dalam diam.
            Ujian seleksi masuk perguruan tinggi kurang seminggu lagi, namun hatinya sudah tidak kuat menahan rindu yang teramat dalam kepada Bhima. Terhitung sejak kejadian malam itu, berarti sudah hampir empat minggu Kembang tidak bertemu dengan Bhima. Tidak ada telepon atau sms yang masuk.
            “Tadi waktu Ibu belanja, nak Bhima menitipkan ini pada Ibu.” Ibunya mengulurkan selembar kertas yang dilipat menjadi dua. “Ibu kira itu surat, tapi ternyata hanya gambar, maaf ya Ibu reflek langsung membukanya tadi.”
            Kembang terperanjat dan hampir tersedak, buru-buru dia minum. Lalu diambilnya kertas itu dan dibuka. Dalam kertas itu terdapat gambar dua buah kembang gula, bentuknya persisi seperti kembang gula yang selama ini dia makan bersama Bhima. Dia bawah gambar itu terdapat tulisan ‘kembang Gula’. Hanya itu isi dari kertas itu. Tanpa pesan singkat apapun.


            Kembang menghela nafas, walaupun hanya gambar tapi itu sangat berarti baginya, setidaknya selama hampir empat minggu ini Bhima masih memikirkannya. Dia terlalu berburuk sangka. Awalnya dia menyetujui kesepakatan untuk tidak saling bertemu memang karena cerita Bhima tentang kakaknya, tapi tidak disangka tidak sekalipun Bhima menelepon atau hanya sekadar memberikan kata-kata penyemangat melalui pesan singkat. Kembang berfikir semua cerita tentang Ara hanya akal-akalan Bhima yang mungkin tidak bisa menemaninya belajar atau apalah, tapi kertas bergambar kembang gula yang diterimanya pagi ini sedikit mengobati rasa kecewanya.
            “Kamu kapan ujian seleksi itu Kembang?” Tanya Yasmin. “Ah, gambar siapa ini bagus sekali.” Yasmin mengambil kertas itu dari tangan Kembang.
            “Dari Bhima.”
            “Oh iya, ngomong-ngomong soal Bhima, kenapa dia tidak pernah main ke rumah lagi? Dia tidak pernah kelihatan jalan sama kamu lagi. Kalian sedang bertengkar?” selidik Yasmin. Dia kini duduk disamping Kembang.
            Kembang menggeleng. Memang sejak kejadian itu Kembang hanya bercerita kepada Ibunya. Karena Yasmin selalu pulang malam sehngga Kembang tidak enak ingin bercerita kepada kakaknya, takut yasmin terlalu lelah untuk mendengarkan curhatnya.
            “Kami memang sepakat untuk tidak bertemu hingga selesai ujian masuk nanti.”
            “Hah?? Kenapa?”
            Kembang menceritakan semuanya kepada Yasmin, tidak disangka kakak yang terkadang sangat menyebalkan ini mendengarkan dengan seksama, bahkan ketika kembang selesai bercerita Yasmin memeluknya.
            “Adikku sayang, dengar ya? Meskipun aku terkadang menyebalkan tapi Mbak ini tetap kakak kamu dan yang Mbak sayangi selalu itu adalah kamu, jadi kenapa kamu mesti takut cerita sih? Akan selalu ada waktu untuk kamu.” Yasmin melepaskan pelukannya. Dia menoleh melihat sekeliling, memastikan tidak ada ibu ataupun ayahnya di ruangan ini. Lalu dia tersenyum melihat adiknya. “Mbak tahu kamu jatuh cinta sama Bhima itu, dan pasti sekarang kamu sedang menahan rindu kan? Itu wajar kok, dulu waktu mbak sedang kasmaran juga begitu. Tapi yang terpenting sekarang kamu harus bisa menahan itu semua karean sebentar lagi ujian kan? Kamu harus bisa menyelesaikan ujian itu dengan hasil yang sangat memuaskan. Oke?”
            Yasmin yang satu ini memang tidak bisa ditebak. Dibalik sikap cueknya rupanya dia sangat peduli kepada Kembang. Kembang tersenyum dan memeluk Yasmin sekali lagi.
            “Baiklah, kamu belajar lagi sana. Mbak Yasmin mau mandi lalu keluar sebentar.” Yasmin beranjak dari tempat duduknya.
            “HAH??!! Jadi Mbak Yasmin belum mandi? Ihh, dasar pantesan tadi ada bau-bau apa gitu, Idihh!!!” Kembang tanpa sadar menutup hidungnya dengan kertas pemberian Bhima. Lalu buru-buru dia menjauhkan kembali kertas itu dari hidunya dan melihat gambarnya sekali lagi. Mas Bhima, apa kabarmu?


==bersambung==

Tidak ada komentar: