Sabtu, 18 Agustus 2012

Rindu Malam Takbir Semasa Kecil

“Allahuakbar.. Allahuakbar… Walillahilham” Malam ini diiringi bunyi petasan takbir berkumandang di seluruh penjuru negeri menyambut datangnya hari kemenangan esok pagi. Bocah-bocah kecil berlarian membawa serta sarung dan peci mereka menuju ke masjid. Gadis-gadis kecil pun tak ketinggalan mengambil acak kerudung mereka.

“Mak, aku berangkat takbiran ke masjid ya? Assalamualakum?!” Pamit Alia ke Emaknya.

“Iya, waalaikumsalam.” Jawab Emak sambil menata berbagai kue lebaran di atas meja.

“O iya Mak, nanti kacang metenya jangan dikeluarkan dulu ya, nanti habs duluan!” Alia yang sudah keluar dari pintu rumah mendadak berbalik.

Emak mengangguk lantas tertawa, memang anak satu-satunya itu paling suka makan kacang mete, meskpun kacang itu hanya bsa dibeli dan disajikan pada waktu lebaran saja.

“Iya, sudah kamu berangkat dulu sana, Mimin dan Wati sudah menunggu daritadi.”

Alia melangkahkan kaki dengan semangat. Tiga gadis kecil itu saling bergandengan tangan bersama menuju ke masjid yang letaknya tidak jauh dari rumah. Hati Alia berbunga-bunga menyambut lebaran esok hari. Selain sudah dibelikan baju baru oleh Emak dan Bapaknya, takbiran menjelang hari raya esok hari nilah yang juga ditunggu-tunggu oleh Alia. Dia sangat menikmati suasana takbiran. Secara bergantian para santriawan dan santriwati itu mengucap takbir. tak jarang mereka berebut mikrofon yang biasa digunakan untuk bertakbir. Kadang juga berkeliling kampung membawa obor sambil mengumandangkan takbir. Canda tawa khas anak-anak menghiasi wajah mereka.
***
Alia menitikkan airmata mengenang masa kecilnya sewaktu di kampung dulu. Kini usianya sudah menginjak 25 tahun. Tinggal dan bekerja di Ibukota membuat Alia jauh dari Emak dan Bapaknya. Sudah lama dia tidak mengumandangkan takbir di malam takbiran seperti ini. Kenangan akan masa kecilnya berkelebat dalam benaknya. Besok siang setelah sholat Ied dia akan pulang kampung bersilaturahmi dan mengunjungi orang tuanya di kampung.

“Assalamualaikum Mbak Alia?” sapa seorang gadis kecil yang kebetulan lewat di depan kontrakkannya.

“Waalakumsalam, Dewi mau ke masjid ya? Mau takbiran?” Alia menghampiri gadis kecil yang masih 
duduk di bangku TK itu.

Dewi mengangguk. “Iya, tapi saya mau ke rumah Fira dulu biar barengan berangkatnya, Mbak?!” wajah Dewi terlihat sumringah sekali. “Mbak Alia mau ikut?” Tanyanya kemudian.

Alia sontak kaget. Tidak dibayangkan melihat Dewi di depannya saat ini teringat kembali sewaktu Mimin dan Wati, kedua sahabatnya semasa kecil menyusulnya ke rumah untuk berangkat ke masjid bersama-sama. Tidak disangka di kota ini masih ada kegembiraan menyambut lebaran.

“Gimana Mbak, mau ikut tidak? Jangan khawatir, di masjid juga banyak ustadzah kok!”

“Oh, Eh, iya Mbak Alia ikut. Ayo masuk dulu tunggu mbak Alia ganti baju dulu ya?”
Ala menggandeng Dewi masuk. Tak sampai lima menit Alia sudah siap dengan baju muslimnya. Alia menggandeng Dewi.

“Dimana rumah teman kamu tadi? Siapa namanya?”

“Fira. Rumahnya diujung jalan itu mbak, yang Bapaknya jualan gorengan untuk takjil selama puasa kemarin.”

Alia ber’Oh’ ria mendengar celoteh gadis kecil di sebelahnya ini. Apalagi setelah bertambah dengan Fira. Kedua gadis kecil ini semangat sekali menceritakan pengalaman puasa ‘bedug’nya.

Sesampainya di masjid suasanya tak kalah semaraknya. Di sisi kanan masjid tampak bocah kecil berpeci dan bersarung duduk rapi membentuk sebuah lingkaran besar. Sementara di sisi kiri gadis-gadis kecil juga membentuk formasi yang sama. Dan di tengah-tengah duduk para ustadzah yang 
mengawasi santri dan santriwatinya, Alia menghampiri kemudian duduk disampingnya.

Hati Alia tiba-tiba merasa bahagia melihat semangat mengumandangkan takbir malam ini, persis seperti masa kecilnya dulu. Alia tidak menyangka sejak tiga tahun yang lalu tinggal di kontrakkan ini, baru kali ini dia merasakan kenyamanan yang luar biasa, seakan-akan ada Emak di sini yang sedang menata kue lebaran.

Kerinduan akan malam takbir masa kecilnya, akhirnya terbayar juga. Alia lalu mengambil ponselnya untuk menelepon Emak.

“Halo, Assalamualaikum.” Terdengar suara di seberang.

“Waalaikumsalam, Emak besok setelah sholat Ied Alia pulang. Jangan lupa sisakan kacang metenya ya Mak?!” Alia tak kuasa menahan rindu pada Emaknya. Terdengar tawa Emak di seberang.
****

1 komentar:

Nurmayanti Zain mengatakan...

taqabbalallahu minna wa minkum ^^
met idul fitri 1433 H
maaf lahir batin ya!