Senin, 08 Januari 2018

Sore dan Aroma Kopi

photo by : Richard Nando

Sore ini, di sebuah kedai kopi. Aku duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan sinar matahari menerobos masuk melalui jendela-jendela di atas pintu. Aku suka duduk menatap sinar yang jatuh berwarna jingga ini.

Secangkir kopi kupesan, bukan untukku karena aku tidak begitu suka dengan kopi. Aku hanya akan meminumnya jika benar-benar membutuhkannya untuk  sekadar membantuku menunda rasa kantuk yang datang, sewaktu lembur mengerjakan laporan misalnya. Aku lebih menyukai aromanya, ya tidak dipungkiri aroma kopi sangatlah menggoda, bahkan lebih membuat candu daripada secangkir kopi itu sendiri. Dan sore ini aroma kopi yang dihidangkan di mejaku sangat pas dinikmati sambil menunggumu datang.

Aku menatap sekeliling, dimana belum banyak pengunjung sore ini ke kedai. Baru tiga meja yang sudah diduduki oleh pelanggan, ehm... empat dengan mejaku. Kuperhatikan bunga di mejaku yang tampak sedikit kering, tampak dari ujung daunnya yang mulai berwarna kekuningan. Oh, mungkin mereka lupa mengganti segenggam bunga ini. Atau, mereka memang sengaja membiarkan bunga kering itu sebagai seni. Tapi tidak masalah buatku, aku justru menyukainya. Seolah aku berada di tempat yang sudah memasuki musim gugur.

Kulirik jam dinding bergambar dedaunan. Klasik. Jarumnya menunjuk angka 4 lewat 29 menit. Kamu terlambat datang. Aku yakin itu. Tapi ternyata aku salah, kamu tepat berdiri di pintu masuk saat jarum panjang tepat di angka enam.

Aku melihatmu berjalan ke arahku. 

"Terima kasih telah menungguku, jangan beranjak. Tetaplah duduk bersamaku, aku akan berbagi cerita tentang rasa ini bersamamu" Katamu sambil menyesap kopi yang mungkin aromanya sudah tidak harum lagi.

***
*Cerita fiksi ini terinspirasi dari sebuah foto di atas.

Tidak ada komentar: