Sabtu, 03 November 2012

Cinta untuk Kasih -#FF2in1 Adera-Terlambat-


Pagi ini jam sudah menunjukkan angka delapan, itu berarti seharusnya aku sudah berada di kelas untuk kuliah jam pertama. Tapi kenyataannya, saat ini aku masih terpaku di depan cermin. Aku memandang wajahku sendiri sambil terus menarik nafas panjang-panjang. Jantung ini rasanya tak mau barang sedikit saja menurunkan kecepatannya.

“Kasih, aku mencintaimu, hmm.. sebenarnya sudah sejak pertama kali kita bertemu dulu….” Aku kembali mengacak-acak rambutku.

“Aahh!! Kok jadi puitis begini sih! Hmm, gimana ya caranya biar cara mengungkapkannya tidak terlalu mellow.” Kali ini aku mengusap wajahku. Akhirnya aku putuskan biar saja nanti mengalir apa adanya yang penting hari ini aku harus nembak Kasih. Apapun yang terjadi, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk mengungkapkannya.

Segera kuambil tas dan kunci motorku. Kukenakan jaket dan helm, lalu kupacu motor kesayangan ini dengan kecepatan sedang sembari komat-kamit sendiri seolah-olah Kasih, gadis yang sangat aku cintai telah duduk manis dibelakang sambil memeluk mesra pinggang ini. Ah seandainya.
***
“Ja, Jadi semalam Robby dan kamu sudah…”

Kasih mengangguk ragu, sepertinya dia tidak nyaman memberitahuku dengan cara seperti ini.

“Maaf Jarot, bukan aku tidak menyukaimu hanya saja Robby..”

Seketika itu juga sebuah panah tepat menusuk jantungku. Bahkan bongkahan es juga ikut luruh dan jatuh tepat di kepalaku. Bayang-bayang Kasih yang duduk manis di boncengan motorku seraya memeluk erat pinggangku lantas sirna. 

“Jarot, kamu tidak apa-apa? Ma, maafkan aku ya? Sungguh sebenarnya aku tahu tentang perasaanmu padaku, tentang semua perhatian yang kamu curahkan kepadaku selama ini. Hanya saja..” dia menunduk. 

“Hanya saja aku tidak menyangka kamu akan mengatakannya saat ini, sudah lama aku menanti kata-kata ini darimu, Jarot. Karena sebelum Robby menyatakan cintanya semalam, aku masih menyimpan rasa cinta itu untukmu.” Lanjutnya, aku tidak begitu mendengarkan bukan karena aku marah padanya tapi entahlah rasanya seluruh saraf dan inderaku tidak berfungsi dengan baik saat itu. 

“Maafkan aku Kasih.” Hanya itu yang dapat kuucapkan, aku berbalik dan berjalan gontai meninggalkannya. Air mata ini menetes tanpa  kutahan.


Tidak ada komentar: