Selasa, 23 Mei 2017

Di Sebuah Kedai Cokelat



Mungkin jantung ini sudah cukup lama tidak berdebar sekencang ini. Debaran yang sama saat pertama kali mendengar ucapan sayang dari seseorang yang sudah lama mendiami lubuk hati. 

Ya, bisa dikatakan aku jatuh cinta padanya. Jatuh cinta seutuhnya. Perempuan itu tidak sempurna, tapi aku menyukai ketidaksempunaannya itu. Dia, yang awalnya tidak bisa memasak sedikitpun, demi aku rela bangun pagi dan membuatkanku bekal untuk kubawa ke kantor. Padahal aku tidak pernah memintanya. Mulai dari sandwich yang mudah hingga kue cokelat favoritku. Dia berhasil membuatnya. Aku semakin menyukainya. 

Kami selalu menghabiskan akhir pekan bersama di sebuah kedai cokelat langganan kami. Dia dengan cokelat hangat dan croissant gurihnya, sementara aku dengan kue coklat dan segelas lemon tea. Aku sangat berbahagia dengannya seolah-olah tidak ada yang lebih membuatku bahagia selain dengannya. 
                                                                       
Namun, apa yang kita inginkan kadang tidak sesuai dengan kenyataan. Ketika kenyataan tersebut tidak sesuai harapan, ada yang bilang jika kenyataan yang kita terima itu lebih baik dari apa yang kita inginkan. Apa benar? Aku rasa tidak. Karena apa yang dikatakan semua itu hanyalah untuk menghibur diri sendiri saja saat kita tidak benar-benar menerima kenyataan itu. Hanya sebuah alasan lain untuk kita agar menerima, ah bukan, tapi agar kita terpaksa menerima apa yang telah ditakdirkan.

Dia, perempuan itu pergi bersama seseorang yang lain di saat aku telah mempersiapkan cincin untuk melamarnya. Jangan ditanya bagaimana sakitnya hati, remuknya perasaan ini. Aku yakin siapapun yang pernah mengalaminya pasti memahami apa yang sedang aku alami.

Dua tahun berlalu...

Kini debaran itu kembali aku rasakan saat menerima sepucuk surat yang diletakkan di atas sebuah kotak hadiah.

Untuk Alei,

Maaf. Mungkin aku sudah tidak pantas lagi untuk mengabarkan keadaanku kepadamu setelah apa yang aku lakukan dua tahun lalu. Aku sangat menyesal telah meninggalkanmu untuk seseorang yang lain. Laki-laki itu adalah Riang, laki-laki yang dulu pernah bersamaku jauh sebelum bertemu denganmu. Dulu Riang pergi meniggalkanku untuk dinas di luar pulau, awalnya kami sangat baik dalam menjalani hubungan jarak jauh ini. Tapi lama-lama hubungan seperti itu tidak pas buatku, dimana aku menginginkan seseorang yang ada di sampingku dan selalu membuatku nyaman selama berada di sisinya, yaitu kamu, bukan hanya melalui telepon seperti Riang.

Riang tiba-tiba datang ke rumah, memenuhi janjinya yang dulu. Di sini aku merasa menjadi orang paling jahat bagi kalian berdua. Sungguh, kasih sayangku kepadamu itu tulus, Alei. Saat itu aku tidak bisa memutuskan apa-apa, maaf aku sempat terlena dengan Riang yang ternyata tidak pernah mengingkari janjinya. Tapi.... hati ini ternyata sudah memilihmu.

Mungkin kamu bertanya mengapa begitu lama surat ini baru sampai di tanganmu. Ya, karena selama dua tahun ini aku berada di luar negeri, menenangkan hati dan pikiran. Aku sudah memutuskan hubungan baik-baik dengan Riang, karena aku yakin dia pasti akan mendapat perempuan yang lebih baik dariku. Tapi saat aku ingin menyampaikan hal yang sama padamu aku tak sanggup membayangkan kamu bergandengan tangan dengan perempuan lain selain aku, memakan sarapan yang dibuatkan oleh tangan yang bukan tanganku, duduk menikmati kue cokelat bukan denganku. Entahlah rasanya berat sekali untuk melepasmu. Sekali lagi maafkan aku Alei untuk keegoisanku ini.

Besok aku kembali ke Indonesia. Aku tahu ini keterlaluan, tapi apakah kamu mau menjemputku di bandara? Aku tunggu jam 3 sore. Aku tidak memaksa jika kamu tidak mau datang. Maafkan aku.

Salam,           
Kinara.

Jantung ini berdegub kian kencang saat aku menatap tulisan tangan perempuan yang sampai detik ini masih memenuhi seluruh hatiku. Sakit hati ini entah kenapa tiba-tiba luruh.
***
“Kenapa kamu masih tetap baik seperti dulu, Alei? Padahal apa yang aku lakukan terhadapmu sungguh jahat.” 

Lesung pipi itu masih dalam seperti dulu. Mata itu masih berbinar. Segala apa yang ada dalam kehidupan perempuan di sampingku ini aku sangat mengaguminya.

“Kamu ingin tahu kenapa aku masih tetap baik? Karena aku selalu berharap kamu akan kembali padaku suatu saat nanti, jadi aku harus tetap baik seperti dulu saat kamu bersamaku. Aku tidak akan pernah berubah menjadi jahat. Walaupun pada akhirnya kamu tidak bersamaku”
Aku menggengam tangannya. “Cause all of me, loves all of you.”

 ****




P.S : tulisan ini dibuat untuk mengikuti sayembara dari Dapur Cokelat bersama Storial di bulan Februari lalu.



Tidak ada komentar: