Masih dalam selimut tebalnya, Kembang
memejamkan mata, setelah mengingat semua tentang Bhima dia kembali beranjak ke
jendela kamarnya. Gerimis rupanya belum juga reda, awan masih putih menandakan
hujan akan semakin awet hingga nanti siang.
Melalui
jendela kamarnya Kembang melihat sudah tidak ada Bhima di jalanan, ibunya juga
nampak sudah masuk ke dalam rumah.
“Kembang,
kamu tidak bangun, Nak?” terdengar suara ibunya memanggil di balik pintu kamar.
Kembang
hanya menggeliat, dia menoleh ke arah jam beker berbentuk wajah doraemon
pemberian Bhima malam itu ketika kesepakatan untuk tidak saling bertemu hingga
Kembang menyelesaikan ujian seleksinya. Jam itu menunjuk angka 10 tepat.
“Ayo
cepat bangun, semua sudah sarapan loh, kamu tidak mau sarapan?” panggil ibunya
lagi.
Kembang
mulai beranjak dari tempat tidurnya ke kamar mandi. Setelah itu dia merapikan
kamar tidur dan turun. Di meja makan sudah tidak ada orang, hanya terdapat
makanan dan lauk yang disisakan untuknya, rupanya semua sudah sarapan kecuali
dirinya.
“Cepat
sarapan, sudah siang ini nanti kamu sakit perut!” Yasmin yang sedang menonton
TV menegurnya.
Ada
nasi goreng, telor mata sapi, dan segelas susu yang sudah tersaji di meja
makan. Dia mulai menyendok nasi goreng ke dalam piringnya. Kembang sarapan pagi
dalam diam.
Ujian
seleksi masuk perguruan tinggi kurang seminggu lagi, namun hatinya sudah tidak
kuat menahan rindu yang teramat dalam kepada Bhima. Terhitung sejak kejadian
malam itu, berarti sudah hampir empat minggu Kembang tidak bertemu dengan
Bhima. Tidak ada telepon atau sms yang masuk.
“Tadi
waktu Ibu belanja, nak Bhima menitipkan ini pada Ibu.” Ibunya mengulurkan
selembar kertas yang dilipat menjadi dua. “Ibu kira itu surat, tapi ternyata
hanya gambar, maaf ya Ibu reflek langsung membukanya tadi.”
Kembang
terperanjat dan hampir tersedak, buru-buru dia minum. Lalu diambilnya kertas
itu dan dibuka. Dalam kertas itu terdapat gambar dua buah kembang gula,
bentuknya persisi seperti kembang gula yang selama ini dia makan bersama Bhima.
Dia bawah gambar itu terdapat tulisan ‘kembang Gula’. Hanya itu isi dari kertas
itu. Tanpa pesan singkat apapun.
Kembang
menghela nafas, walaupun hanya gambar tapi itu sangat berarti baginya,
setidaknya selama hampir empat minggu ini Bhima masih memikirkannya. Dia terlalu
berburuk sangka. Awalnya dia menyetujui kesepakatan untuk tidak saling bertemu
memang karena cerita Bhima tentang kakaknya, tapi tidak disangka tidak
sekalipun Bhima menelepon atau hanya sekadar memberikan kata-kata penyemangat
melalui pesan singkat. Kembang berfikir semua cerita tentang Ara hanya
akal-akalan Bhima yang mungkin tidak bisa menemaninya belajar atau apalah, tapi
kertas bergambar kembang gula yang diterimanya pagi ini sedikit mengobati rasa
kecewanya.
“Kamu
kapan ujian seleksi itu Kembang?” Tanya Yasmin. “Ah, gambar siapa ini bagus
sekali.” Yasmin mengambil kertas itu dari tangan Kembang.
“Dari
Bhima.”
“Oh
iya, ngomong-ngomong soal Bhima, kenapa dia tidak pernah main ke rumah lagi? Dia
tidak pernah kelihatan jalan sama kamu lagi. Kalian sedang bertengkar?” selidik
Yasmin. Dia kini duduk disamping Kembang.
Kembang
menggeleng. Memang sejak kejadian itu Kembang hanya bercerita kepada Ibunya. Karena
Yasmin selalu pulang malam sehngga Kembang tidak enak ingin bercerita kepada
kakaknya, takut yasmin terlalu lelah untuk mendengarkan curhatnya.
“Kami
memang sepakat untuk tidak bertemu hingga selesai ujian masuk nanti.”
“Hah??
Kenapa?”
Kembang
menceritakan semuanya kepada Yasmin, tidak disangka kakak yang terkadang sangat
menyebalkan ini mendengarkan dengan seksama, bahkan ketika kembang selesai bercerita
Yasmin memeluknya.
“Adikku
sayang, dengar ya? Meskipun aku terkadang menyebalkan tapi Mbak ini tetap kakak
kamu dan yang Mbak sayangi selalu itu adalah kamu, jadi kenapa kamu mesti takut
cerita sih? Akan selalu ada waktu untuk kamu.” Yasmin melepaskan pelukannya. Dia
menoleh melihat sekeliling, memastikan tidak ada ibu ataupun ayahnya di ruangan
ini. Lalu dia tersenyum melihat adiknya. “Mbak tahu kamu jatuh cinta sama Bhima
itu, dan pasti sekarang kamu sedang menahan rindu kan? Itu wajar kok, dulu
waktu mbak sedang kasmaran juga begitu. Tapi yang terpenting sekarang kamu
harus bisa menahan itu semua karean sebentar lagi ujian kan? Kamu harus bisa
menyelesaikan ujian itu dengan hasil yang sangat memuaskan. Oke?”
Yasmin
yang satu ini memang tidak bisa ditebak. Dibalik sikap cueknya rupanya dia
sangat peduli kepada Kembang. Kembang tersenyum dan memeluk Yasmin sekali lagi.
“Baiklah,
kamu belajar lagi sana. Mbak Yasmin mau mandi lalu keluar sebentar.” Yasmin beranjak
dari tempat duduknya.
“HAH??!!
Jadi Mbak Yasmin belum mandi? Ihh, dasar pantesan tadi ada bau-bau apa gitu, Idihh!!!”
Kembang tanpa sadar menutup hidungnya dengan kertas pemberian Bhima. Lalu buru-buru
dia menjauhkan kembali kertas itu dari hidunya dan melihat gambarnya sekali
lagi. Mas Bhima, apa kabarmu?
==bersambung==
Tidak ada komentar:
Posting Komentar