Minggu, 24 Januari 2016

Perjalanan yang Dinanti



             Ruangan gelap ini seakan tak berdinding, namun dari tempat dimana Alfa berdiri saat ini tampak dua cahaya menentramkan yang membimbing Alfa untuk mendekat.
            “Apa dia sudah bangun?” Bisik Elektra.
            Bodhi terhenyak dari duduknya ketika tiba-tiba Alfa terbangun dari tidur 10 jamnya. Alfa menatap mereka berdua yang memang sangat asing baginya.
            “Akar dan Petir?” tanya Alfa pada mereka berdua
            Bodhi dan Elektra hanya bisa saling memandang.
       “Ya, benar kalian pasti Akar dan Petir. Perkenalkan...” Alfa yang semula mengulurkan tangannya mendadak menariknya kembali. “Ahh!! kita tidak punya banyak waktu, bersiaplah, sebentar lagi Bintang Jatuh akan menjemput kita!” Alfa bersiap untuk keluar rumah setelah memastikan batu-batu itu aman di sakunya. Dipegangya tangan Bodhi dan Elektra masing-masing. Bintang Jatuh sudah menantinya di luar.
            “Mau kemana? Dan kamu siapa?” Bodhi akhirnya membuka suara.
            “Aku Gelombang” sahut Alfa tanpa menoleh.
           “Kita adalah satu kesatuan, namun kita perlu mencari dua teman yang lain. Banyak orang di dimensi lain yang sudah tidak sabar menanti kedatangan kita, karena itu seseorang telah mengutus kita bersama-sama untuk segera memulai perjalanan panjang yang hebat ini.” Terang Bintang jatuh sesingkat-singkatnya.
            “Si.. siapa yang mengutus kita?” Elektra memberanikan diri bertanya.
                A smart and beautiful woman called Ibu Suri..”


Kamis, 21 Januari 2016

Jalan-Jalan di Ngawi

Lembaran tahun 2015 sudah ditutup, bnyak hal yang telah dilalui, baik suka maupun duka. Hanya bisa bersyukur atas apapun yang telah terjadi dan mengambil hikmah terhadap musibah selama tahun 2015. Semoga di tahun 2016 ini menjadi tahun yang membahagiakan. Amin. Selamat tahun baru 2016 :D

Tanggal 1 Januari 2016 ini, saya dan keluarga sedang mengunjungi Nenek yang rumahnya di Caruban, Madiun. Sebenarnya sekalian liburan juga ke tempat wisata di sekitaran Ngawi yang sebelumnya pernah browsing kalau di Ngawi ada benteng peninggalan Belanda namanya Benteng Van De Bosch atau biasa disebut Benteng Pendem.

Jarak lokasi TKP dari rumah nenek tidak begitu jauh, sekitar 26km kata peta sih begitu, hehe. Here's the map.


Saya dan keluarga berangkat sekitar pukul 07.30 WIB yang berdasarkan GPS perjalanan akan memakan waktu sekitar -/+ 40 menit. Sampailah kita disana jam 8 lebih. Jam buka wisata benteng dimulai dari jam 8 pagi. HTM Rp. 5.000,- /orang.

Dan berikut beberapa penampakan benteng pendem yang sempat saxa abadikan lewat jepretan ponsel.

Gerbang masuk Benteng



   
bersama keluarga





di bawah gambar Van De Bosch

Semakin siang, semakin ramai pengunjung yang datang. Cuaca di sini cukup panas, tapi tidak perlu khawatir ada penjual minuman dingin di dalam gedung ini. Setelah keluar dari Benteng, kami memutuskan untuk lanjut wisata ke perkebunan teh Jamus, masih di Ngawi juga dan letaknya ada di puncak gunung dengan perjalanan yang berkelok-kelok.

Perjalanan dari benteng menuju perkebunan teh kurang lebih satu setengah jam (masih tetap mengandalkan GPS, hehe). Jalan yang menanjak dan berkelok-kelok serta pemandangan yang adem memanjakan mata kami. Harta tiket masuk Rp 10.000/orang dewasa, ya hanya orang dewasa yang dikenakan tiket masuk yang nanti bukti tiket dapat ditukarkan untuk memperoleh sekotak teh khas Jamus. Namanya Teh rasa kopi. (setelah samapi di rumah dan mencobanya memang rasa kopi cukup terdetekdi di lidah saya). Karena berada di dataran tinggi, sampai di lokasi kami disambut dengan hujan yang tiba tiba turun dan cukup deras. huhuhu.....

inilah beberapa potret kami di kebuh teh Jamus Ngawi.

perkebunan teh Jamus


Ayah dan Ibu berpose

Suasana yang sejuk membuat kami betah berlama-lama menikmati pemandangan yang tidak bisa ditemukan di Surabaya, sambil menikmati wedhang rondhe hangat yang dijual oleh pedagang di kaki perkebunan ini. 
Satu hari jalan-jalan di Ngawi rasanya berakhir begitu cepat, karena hari sudah beranjak sore kami memutuskan kembali ke rumah mengingat medan menuju kesini sangat berliku, cukup bahaya jika ditempuh hingga malam hari.