Ting.. ting.. ting..
Dentingan sendok yang beradu dengan cangkir
terdengar saat aku menggoyangkan sendok ke kanan ke kiri mengaduk seduhan teh
pagi ini.
Aku
baru saja membuka mata saat sinar matahari sudah mulai menyembul dari balik
tirai jendela kamar. Bangun kesiangan. Semalam aku tidak bisa tidur. Entah mengapa bayangan
tentangmu tiba-tiba hadir. Jadilah aku menghabiskan malam untuk menamatkan satu
seri pendek drama korea hanya agar terbebas dari ingatan
tentangmu.
Hari ini adalah pagi yang ke tiga puluh sejak aku menuangkan teh manis hangat yang terakhir kalinya untukmu. Aku duduk di dekat jendela, menyesap sedikit teh manis yang kemudian kembali menerbangkan lamunanku padamu.
Hari ini adalah pagi yang ke tiga puluh sejak aku menuangkan teh manis hangat yang terakhir kalinya untukmu. Aku duduk di dekat jendela, menyesap sedikit teh manis yang kemudian kembali menerbangkan lamunanku padamu.
"Kenapa teh bikinan kamu selalu pas, tidak
terlalu manis pun tidak tawar." Katamu waktu itu.
Kamu
adalah orang pertama yang aku sajikan teh setiap paginya. Belum pernah aku
membuatkan secangkir teh untuk orang lain, selain dirimu. Dan kamu sangat
menyukainya.
"Ada yang bilang kalau bikin janji itu sama
kayak bikin teh, jangan terlalu manis.”
Aku menuangkan teh pada cangkir merah favoritmu. Kebiasaanmu adalah tidak langsung
menyesapnya meskipun teh itu hangat, tapi kamu selalu memejamkan mata dan
menghirup dalam aroma asli teh itu.
“Makanya
kamu jangan terlalu banyak janji-janji manis padaku, nanti ketika janji manis
itu tidak terpenuhi, seketika semua hal menjadi pahit." Ujarku, sesekali
menyindirmu. Kamu tersenyum. Lalu
menyesap sedikit teh itu.
Bukan tanpa alasan aku menyidirmu seperti itu, karena akhir-akhir ini
kamu memang tampak berbeda tidak seperti biasanya dan perbedaan itu entah
mengapa sangat lekat dengan kecurigaanku padamu. Tapi, aku masih meyakini bahwa
itu kamu, Sore, seseorang yang telah memberiku kenyamanan dan akan seperti itu
untuk selamanya, seseorang yang selalu menepati janji.
“Kamu tidak percaya semua janji manisku? Haha.. padahal sebagian besar sudah menjadi kenyataan kan?” Kamu mengusap rambut panjangku. Mengecup ringan puncaknya
“Kamu tidak percaya semua janji manisku? Haha.. padahal sebagian besar sudah menjadi kenyataan kan?” Kamu mengusap rambut panjangku. Mengecup ringan puncaknya
Mungkin kamu memang menepati
hampir semua janji manis yang pernah kamu buat, hanya satu janji yang meleset,
yaitu janji yang dulu pernah kamu ikrarkan untuk hidup menua bersamaku.
Dan
pagi itu
akan adalah
senyum terakhirmu untukku. Karena kini kamu bukan lagi penikmat teh manis
buatanku, kamu beralih menjadi pecandu secangkir kopi pahit di tempat lain.
Begitu juga teh yang sedang kuminum pagi ini,
rasanya tidak semanis ketika aku menikmatinya bersamamu, Sore.
1 komentar:
Aku lak tau ngombe teh mu seh yiii
;p
Posting Komentar