Judul : Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau
Merah
Pengarang : Tere Liye
Tahun
Terbit : 2012
Tebal : 512 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Asmara di Sepit Borneo
“Cinta adalah perbuatan.Kata-kata
dan tulisan indah adalah omong kosong”.
Secuil kalimat mutiara yang dilontarkan seorang Pak Tua
kepada dua bujang, Borno dan Andi.Borno, seorang bujang sederhana dengan kisah asmaranya yang sederhana pula yang
bersemi di sepit ‘Borneo’.
Adalah angpau
merah yang mengawali pertemuan pertama Borno dengan gadis yang kelak akan
selalu hadir di dalam mimpi-mimpinya, dalam setiap lamunan bayangan itu selalu
muncul. Gadis yang kelak juga akan membuat hati Borno merasakan jatuh cinta
untuk yang pertama kalinya. Jatuh cinta dengan sederhana.
Sepak terjang Borno menjadi pengemudi sepit tidak lain
karena dia sudah menyerah dengan berbagai pekerjaan yang sebelumnya dia lakoni
tidak cocok dengannya. Awalnya Borno bekerja di pabrik pengolahan karet yang
manimbulkan bau menyengat di tubuhnya hingga menjadi bahan ledekan seluruh
warga kampung.Lalu berganti menjadi pegawai penarik karcis di sebuah
pelampung.Akan tetapi pekerjaan yang satu ini menjadikannya sebagai ‘buronan’ warga setempat yang sebagian
menjadi pengemudi sepit.Bagaimana tidak, pelampung telah menjadi musuh terbesar
mereka karena ancaman pelampung dapat mengurangi penghasilan mereka sebagai
pengemudi sepit.Akibatnya poster Borno tersebar dimana-mana. Bang Togar,
pengemudi sepit senior yang paling getol memprovokasi semua pengemudi sepit
agar tidak memberikan tumpangan kepada Borno selama dia masih bekerja di
pelampung itu.
Dengan segala pertimbangan, mengingat kakek Borno dulu
adalah juga seorang pengemudi sepit yang baik hati, akhirnya Borno memutuskan
keluar dari pekerjaan barunya.Walaupun Bang Togar dan kawanan pengemudi sepit
lainnya telah bersuka cita mendengar kabar keluarnya Borno dari pelampung
tersebut, namun kegelisahan tetap bersarang di hati Borno.Satu pertanyaan besar
muncul.Selanjutnya, apa yang akan dia
kerjakan? Borno tidak dapat membayangkan dirinya hanya menjadi bujang
luntang-lantung yang tidak mempunyai pekerjaan. Lagi-lagi Pak Tua, seorang
pengemudi sepit yang telah menganggap Borno sebagai anaknya sendiri yang selalu
memberikan wejangan-wejangan tentang arti hidup. Borno dengan segala kerendahan
hatinya memutuskan menjadi seorang pengemudi sepit.
Sepit nan gagah pemberian dari pengemudi sepit lain hasil
dari patungan itu di beri nama ‘Borneo’.
Sepit inilah yang nantinya akan menjadi alat penghasil uang bagi Borno. Tidak
terkira bahagianya Bujang itu, walaupun sesungguhnya tidak pernah terlintas di
pikirannya menjadi seorang pengemudi sepit.Namun, itulah hidup yang selalu
penuh misteri. Dan di setiap kejadian yang terjadi dalam hidup ini akan selalu
membawa hikmah tersendiri.
Sepucuk angpau merah itu terselip di bangku sepit Borno.Tidak
disangka angpau merah itulah yang membawanya bertemu dengan seorang gadis dan
mengalirlah kisah pergulatan hati Borno tentang perasaannya kepada tersebut yang
merupakan seorang guru magang di yayasan di daerah dermaga seberang.Itulah
mengapa setiap hari gadis sendu menawan ituselalu naik sepit setiap pagi dengan
payung terkembang yang menghiasi sepit Borno di tengah Kapuas. Betapa kagumnya
Borno kepada gadis itu meskipun selalu kikuk setiap kali menjumpainya di pagi
hari, bahkan saking nervousnya Borno
tidak berani barang menanyakan siapa nama gadis sendu menawan itu.
Ketika kita merasakan jatuh cinta atau kekaguman kepada seseorang
kita bahkan bisa melakukan hal gila yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.Disinilah
Tere Liye menuliskan berbagai tingkah konyol bujang Borno.Digambarkan bagaimana
danapasesungguhnya rasa yang bersemayam di hatinya hingga selalu terkenang akan
wajah ayu si gadis sendu menawan tersebut. Setiap hari bertemu walau hanya
selepas mata memandang membuat Borno hafal jadwal keberangkatan gadis itu.Setiap
pagi Borno menunggu di antrian sepit menunggu timing yang pas sehingga sepitnya
bisa dinaiki oleh gadis itu.Susah tidur demi menunggu datangnya hari esok dan
tidak menyia-nyiakan waktu dan mengatur keberangkatannya setiap pagi agar
sampai di dermaga pas di antrian sepit nomor tiga belas, dimana antrian yang
berpeluang besar agar gadis sendu menawan tersebut bisa naik di sepitnya.
Walaupun Borno masih belum berani menanyakan siapa gerangan nama yang disandang
gadis ayu tersebut.
“Kamu tahu, Pak Tua
bahkan punya kenalan dengan dua belas anak, namanya mulai dari Januari,
Februari, Maret hingga November, Desember.Ada-ada saja.”Begitulah Borno
bercanda, lantas tertawa.Salah satu adegan diceritakan yang membuat Borno salah
tingkah karena gadis ini ternyata bernama Mei. “Namaku Mei, Abang.”Begitulah jawab si gadis, yang sontak membuat
Borno tidak enak hati karena telah melontarkan guyonan tentang nama tersebut.
Bujang Borno disini digambarkan dengan sangat
sederhana.Dia tidak hidup mewah dengan gelimangan harta, namun dia cukup
bahagia hidup dengan Ibunya, dan dengan sepit Borneo yang dimilikinya saat
ini.Sepit yang membawa rezeki, menemani Borno mencari nafkah setiap harinya.Sebenarnya
dalam hati kecil Borno masih terdapat cita-cita yang kelak dia berharap bisa
mewujudkannya.Dia tidak ingin menghabiskan masa mudanya hanya sebagai pengemudi
sepit.Walaupun dia tahu saat ini tidak ada lagi yang bisa dia kerjakan selain
hanya menjadi pengemudi sepit.Dan salah satu cita-citanya yaitu memiliki sebuah
bengkel.
Borno mengetahui segala keterbatasannya, terutama dalam
hal keuangan yang tidak memungkinkan baginya untuk membuka sebuah bengkel.Akan
tetapi sebuah keterbatasan tersebut tidak pernah membuat Borno memupuskan
harapan itu.Dia belajar banyak tentang mesin dari Pak Tua, dari buku yang
diberikan oleh gadis pujaannya, Mei.Borno juga mulai belajar tentang mesin
dengan terjun langsung di bengkel orang tua sahabat sejak kecilnya, Andi. Dari
bengkel kecil itulah sedikit demi sedikit Borno paham bahkan menjadi montir
andalan di sana.
Cita-cita untuk memiliki bengkel itu kian tergambar
jelas, sejelas rasa rindunya kepada Mei yang telah meninggalkannya untuk
kembali ke Surabaya. Bayangan Mei juga tidak pernah absen hadir di benaknya,
sama seperti bayangan akan memiliki sebuah bengkel hasil dari kerja sama dengan
bapak Andi. Mereka akan patungan untuk membeli sebuah bengkel besar dan pindah
dari bengkel kecil tempat belajar Borno dulu, meskipun itu harus dibayar mahal
dalam arti yang sesungguhnya. Ya, untuk membayar modal patungan pembelian
bengkel itu Borno dengan berat hati dan dengan pertimbangan bersama para
pengemudi sepit terpaksa menjual sepit Borneo.
Lalu apakah cita-cita Borno sudah benar-benar dapat dia
capai?Ternyata tidak semudah itu.Ujian masih harus dilaluinya karena ternyata
transaksi jual beli bengkel yang telah menguras habis segala aset Borno dan
bapak Andi hanyalah sebuah penipuan belaka.Butuh perjuangan keras mulai dari
nol lagi bagi Borno untuk mengembalikan keadaan ini menjadi normal seperti
sedia kala.Disini juga diceritakan bagaimana keteguhan hati dan ketekunan dapat
menyelesaikan suatu masalah.
Di
awal-awal kisah ini akandiceritakan bagaimana Borno kehilangan bapaknya kala
usia Borno menginjak 12 tahun. Bapak yang telah menyumbangkan salah satu organ
tubuhnya kepada seseorang di rumah sakit yang tengah membutuhkannya.Ya, jantung
bapaknya telah didonorkan kepada seorang pasien gagal jantung yang tengah
terkulai lemah. Kenangan tentang meninggalnya sang bapak memang tidak pernah
bisa dia lupakan, bahkan pada waktu itu Borno sangat yakin bahwa sesungguhnya
sang bapak belum betul-betul meninggal.
Dan ditengah-tengah kisah ini diceritakan bagaimana
kenangan akan bapaknya itu muncul kembali seiring munculnya seorang gadis ayu
pemilik mata indah yang berbinar. Sarah, seorang dokter gigi yang secara tidak sengaja
hadir di saat hati Borno gundah gulana karena kepergian Mei, gadis yang
sesungguhnya amat dia sukai ke Surabaya dalam waktu yang dia tidak pernah tahu.
Kehadiran Sarah di hari-hari Borno berikutnya kembali membuka memori keluarga
akan meninggalnya sang bapak. Bagaimana tidak Sarah adalah putri dari seseorang
yang telah menerima donor jantung dari bapak Borno.Alangkah terkejutnya Borno
bertemu dengan seseorang yang ternyata pernah dia temui belasan tahun silam.
Sebaliknya dokter gigi nan ayu tersebut sangat bahagia kembali menemukan Borno,
baginya keluarga Borno telah menjadi anggota keluarganya sejak jantung bapak
Borno ditanamkan pada tubuh bapak Sarah. Baginya, Borno dan keluarganya adalah
malaikat penyelamat yang dikirim Tuhan.
Bagaimana selanjutnya perasaan Borno?Apakah dia juga
mengakui bahwa Sarah memiliki wajah yang sama-sama cantik dengan Mei?Apakah
hatinya akan berpaling pada dokter gigi muda yang cantik ini? Dan apakah Borno
akan selamanya menjadi pengemudi sepit?
Borno, bujang sederhana dengan hati lurus sepanjang
tepian Kapuas ini hanya memiliki satu perasaan yang kelak hanya dia berikan
kepada gadis pujaannya, tak lain adalah Mei.Gadis sendu menawan yang membuatnya
tidak bisa tidur di sepanjang malam.Baginya Sarah memanglah cantik, memiliki
mata yang berbinar indah. Bahkan sejak mengetahui rumah Borno dan keluarganya,
Sarah selalu menyempatkan diri untuk datang berkunjung dengan membawa banyak
hadiah untuk Borno dan keluarganya..Namun bagi Borno Sarah adalah teman baik.Teman
yang bisa menjadi tempat untuk bercerita.Begitu pula sebaliknya dengan Sarah
yang menganggap Borno sebagai teman baik, walaupun tak jarang Pak Tua menggoda
bahwa mereka berdua sangatlah serasi.
Kisah cinta Borno yang sederhana ini tertulis mengalir di
setiap halamannya.Bagaimana Borno memendam perasaannya, mengutuk dirinya sendiri
ketika gagal mengutaraan kerinduannya terhadap Mei.Borno tidak pernah
mengatakannya, tidak pernah mengungkapkan perasaannya, tapi semua orang tahu
bahwa Borno menyukainya dengan cara yang sederhana. Bahkan disaat-saat Mei
menolak untuk menemui Borno lagi karena satu rahasia. Sebuah rahasia besar yang
tersimpan manis dalam sepucuk angpau merah yang ditemukan Borno di hari pertama
mereka bertemu.
Rahasia besar yang ada dalamsepucuk angpau merah tersebut
adalah sebuah peristiwa pahit tentang kematian bapak Borno.Rahasia yang
semestinya dapat mengubah perasaannya pada Mei.Namun, lagi-lagi dia adalah
Borno, bujang sederhana dengan hati lurus sepanjang tepian Kapuas.
Disinilah letak keunikan novel khas Tere Liye yang selalu
membawa cerita maju dan mundur secara teratur.Sehingga hubungan antar peristiwa
yang tidak dapat dipisahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar