Tere Liye - Sunset Bersama Rosie- |
“Selamat pagi,
Bagiku waktu selalu pagi. Diantara potongan dua puluh empat jam sehari, bagiku pagi adalah waktu paling indah. Ketika janji-janji baru muncul seiring embun menggelayut di ujung dedaunan. Ketika harapan-harapan baru merekah bersama kabut yang mengambang di persawahan hingga nun jauh di kaki pegunungan. Pagi, berarti satu hari yang melelahkan telah terlampaui lagi. Pagi, berarti satu malam dengan mimpi-mimpi yang menyesakkan terlewati lagi ; malam-malam panjang, gerakan tubuh resah, kerinduan, dan helaan napas tertahan.”
Begitulah penggalan paragraf awal di novel ini. Penggalan paragraf yang aku suka. Novel karya penulis yang menjadi salah satu kesukaanku, yakni Tere Liye yang setebal 426 halaman ini dengan alur cerita khas Tere Liye yang membawa pembacanya maju dan mundur teratur mampu menyihirku, memaksaku seolah-olah aku juga merasakan kegalauan perasaan si tokoh utama di sini, yang kemudian disebut dengan Tegar. Awalnya aku berniat akan menghabiskan novel tebal ini hanya dalam sehari, namun apa daya mata tak mampu, ya, mataku tidak bisa diajak kompromi.
Singkat cerita dari novel yang mampu membuat perasaanku campur aduk, mulai dari menangis, tertawa, terharu, hingga menangis kembali. Bersetting di Gili Trawangan, Lombok, muncullah sosok Tegar. Entahlah sosok Tegar disini yang digambarkan sebagai seorang laki-laki yang terjebak dalam cinta kepada sahabatnya, cinta lama kepada seorang sahabatnya- Rosie, yang dulu menikah dengan sahabatnya juga. Perasaan akan kehilangan kesempatan memiliknya itu sempat menjadi rasa benci hingga akhirnya setelah bertahun-tahun dia bertemu dengan anak-anak Rosie yang sangat mengagumkan, keempat anak yang memiliki nama-nama bunga yang cantik, Anggrek, Sakura, Jasmine, dan Lili. Perasaan cinta Tegar kepada keempat anak Rosie pun tumbuh seiring dengan peran Tegar yang menggantikan sosok Ayah dalam keluarga itu yang menjadi korban Bom Jimbaran, Bali.
Bayanganku kepada sosok Tegar adalah lelaki yang sempurna, baik, keren, dan super itulah tiga kata yang disematkan keempat anak Rosie kepada Pamannya. Maka aku membayangkan sosok lelaki ideal yang tampan. Cerita tidak hanya sampai disitu, cerita cinta Tegar kepada Sekar, perempuan yang dijanjikan menikah olehnya disaat perasaan cintanya kembali kepada Rosie. Perasaan Tegar semakin tidak keruan, bagaimana dia harus memilih jalan hidupnya. Diantara dua cinta, cinta dari masa lalu, dan cinta dari seorang perempuan yang dengan luar biasa mencintainya. Sekali lagi perasaanku ikut campur aduk layakanya aku merasakan bagaimana perasaan Tegar disini.
Cerita yang membuatku berdecak kagum, cerita yang memberikan permainan perasaan bagi siapapun yang membacanya. Over all Novel ini, keren!.